This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 01 Februari 2015

Satu Jam 5 Menit



Satu jam 5 menit
            Menatap kosong hamparan ilalang berwarna hijau  yang bergerak kesana-kesini mengikuti arah angin. Entah berapa lama aku menghabiskan waktu. Menyandarkan kepala diatas kaki yang tertekuk. Menyesali semua yang pernah terjadi dan mengapa harus terjadi didalam kehidupanku.
            “sudah … nikmati saja hidup ini.” Suara ramah tiba-tiba muncul.
            Tanganku refleks melenyapkan air mata. Bola mataku sibuk mencari asal suara. Menemukan. Tidak lebih 5 meter jarakku dengannya. Cewek berkaca mata dilengkapi garis melengkung di bibirnya. Dia aktif  berorganisasi dan semua warga sekolah mengenalinya. Diah. Aku mencoba mengusirnya tapi cewek ini menolak. Sebagai respon dia melempar senyum lagi.Aku melirik ke bidang bulat berjarum dua. Pukul 9.00.
            “Mau cerita?”dia mulai berdiri melempar tatapan ke arahku.
            Tersentak. Pertanyaan itu begitu asing bagiku. Bola mataku bertatapan dengannya. Auranya memancarkan kedamaian tanpa masalah hidup. Tanpa disadari aku mencurahkan segala masalah hidup. Tidak peduli seberapa besar tanggapannya.
            Enam bulan lalu. Hatiku tersambar petir melihat segalanya pecah, isakan tangisan beradu suara keras berulang-ulang . Berkali-kali. Kakiku gemetar, melangkah secepat yang aku bisa. Menghempaskan tubuhku ke ranjang . Nafasku masih terputus-putus. Mencoba melenyapkan apa yang aku lihat. Sesuatu akan berubah. Hari berganti, mungkin ini pertanda semua berganti . Aku tidak pernah melihat senyuman, merasakan pelukan ibuku lagi. Semua hilang tiba-tiba. Menyandarkan punggung pada kursi kecoklatan.  Yang aku bisa hanya menangis, menatap foto ibu yang sedang tersenyum. Bertanya kepada ayah tidak mungkin. Raut wajah ayah berganti merah dan tatapan yang menusuk ketika aku bertanya tentang ibu. Aku berusaha menemukan misteri apa yang tersimpan.
            Misteri terbuka. Gemuruh membuat dadaku sesak. Terkadang menemukan sebuah misteri setelah berusaha sampai titik puncak perjuangan lebih menyiksa dari pada sebuah penantian misteri. Mengasingkan diri. Aku membekukan hati mungkin butuh lama untuk mencairkan.
            Sesekali sudut mataku mencuri raut wajah cewek yang ada di sampingku. Matanya terpenjam, kakinya bergerak maju-mundur. Sepersekian detikpun tidak memancarkan sedih, garis wajahnya mengalir tenang.
            “Kamu mendengarkan aku?” Sambil melempar batu-batu kecil ke arah ilalang.
            Gerakan kepala ke bawah dan senyum yang aku terima. simbol Iya. Entah apa yang ada dipikirannya. Dia melempar tatapannya lurus kedepan. “Sampai kapan kamu meratapi kehidupan ini dengan rasa kegalauan?”
            Sorot mataku tajam kearahnya. “Misteri yang kau temukan, bukanlah misteri yang sebenarnya. Misteri di dalam hidup ini sangatlah mengagumkan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata.” Balasnya
            Tiba-tiba dia berkicau tentang kehidupannya dua tahun lalu.
            Gelap gulita. Yang tersisa lampu samar-samar menerangi jalannya yang tidak menentu arah. 12.05 malam. Angin membalut tubuh yang setengah sadar menuju rumah yang sangat sulit di lewati mobil.        Kalaupun bisa. Bisa dipastikan mobil itu lecet disana-sini. Mengangkat sepatu. Berjalan dengan menjinjit. Pelan, sangat pelan.
            Tersentak. Langkah kaki terhenti. Sejurus kemudian dua orang mendekati diah dengan tatapan-tatapan yang sangat kontras. Papa dan mama.
            “Diah, ikut papa” Suara itu sangat datar.
            Pasrah. Itulah yang hanya dapat diah lakukan. Mungkin pukulan atau siraman air yang akan diterimanya. Pikirnya. Langkah papa terhenti disudut rumah, tempat di mana anak pertamanya sering menatap rembulan disini. Sungguh, sangat indah.
            “Diah, kamu ini anak pertama, contoh bagi adik-adikmu. Kamu bertanggung jawab atas adik-adikmu dan ibumu.” Suara yang sangat bijaksana. Jarang bahkan tidak pernah lelaki di depan matanya berkata seperti itu. Lelaki yang biasa memukuli atau menyirami air jika diah melakukan kesalahan. Kesalahan sepele dapat sangat fatal kalau lelaki ini tahu. Aku hanya terdiam.
            Belum sempat mentari menampakkan dirinya. Teriakan bercampur tangisan memenuhi rumah. Diah terlompat dari tempat tidur.  Melihat mama dan kedua adiknya menangis tanpa henti dan disisinya papa yang terbujur kaku.  Merinding.  Mereka saling memeluk satu sama lain.
            “Tata, kau tahu bagaimana rasanya?” Pertanyaan itu tiba-tiba muncul.
            Terdiam. Otakku masih sulit untuk menerima bahwa cewek yang berada di sisinku pernah mengalami seperti itu.  Memilukan.“Lalu, apa yang kamu lakukan?”
            Dia mulai berkicau lagi. Mengabaikan pertanyaanku.
            Butuh waktu lama. Untuk menerima itu semuanya. Kata-kata papa itu masih terngiang-ngiang. Semuanya bercampur aduk. Menciptakan suatu perasaan yang sangat menggalaukan. Sebulan berlalu. Aku mulai berhenti keluar malam. Di rumah aku hanya melamun. 
            “Sampai kapan kamu terus meratapi hidup ini?” suara gemetar dan di temani suara batuk.
            Perkataan mama menghamburkan lamunan dan menyentak hatiku. Diah mulai menata hatinya. Mengumpulkan semangat hidup yang hancur berserakan  dan berdoa kepada Tuhan. Kekuatan itu menyeruak di dalam hatinya menyatu dengan tubuhnya.
            “Ta, doa memberikan kekuatan tersendiri dalam hidup ini. Tanpa disadari Tuhan akan membatu dalam melewati segala kesusahan dan rasa kegalauan tentang hidup ini.” Katanya ramah.
            Melihat ibunya semakin sering memegang dada lalu terduduk. Diah memutuskan untuk berhenti sekolah pada saat dirinya belum mengantongi ijazah SMP. Disaat remaja-remaja sepantarannya berpakaian seragam. Saling melempar tawa, tersenyum dan mengayuh sepeda atau melangkah bersama menyongsong masa depan yang cerah.
            Pagi-pagi buta, diah harus siap dengan keranjang besar di gantung ke leher bersandar pada punggung mungilnya. Memakai topi lebar terbuat dari bambu. Menyusuri jalan setapak, menghirup udara segar yang khas  dan di temani pemandangan yang mempesona. Butuh waktu dua jam, sampai ke dedaunan rimbun yang menawarkan sesuap nasi.
            Gunung kerinci menjulang tinggi. Keindahannya dapat mengikat siapa saja untuk berkunjung ke situ. Sesekali, sebelum mentari meninggi. Diah duduk bersimpuh di atas bukit, manarik napas dalam-dalam dan menghembuskan. Setiap hembusan terlihat jelas. Menyaksikan mentari timbul. Sungguh Indah. Hijau. Hamparan daun teh membentang luas. Satu persatu tangannya  memetik daun dari tempatnya. Dan hanya bisa pulang jika kerajang besar ini telah penuh. Dan hasilnya kurang dari cukup.
            Aku terperanjat.  Diah rupanya sangat mengagumkan.“Bagaimana kamu bisa sekolah lagi?”
            “Tuhan telah menyiapkan rencana yang sangat manis buatku dan untuk hamba-hambanya” Senyuman itu kembali terukir di bibirnya.
            Setelah kurang lebih tiga bulan diah menjalani kehidupaan seperti itu. Lelah. Ingin memberontak. Galau akan masa depannya. Itulah yang sering ada di dalam pikirannnya setiap menatap rembulan di sudut rumahnya. Tapi, keadaan dan lingkungan memaksanya seperti ini.
            Wajah berseri. Seminggu sudah, diah  menghabiskan waktu istirahatnya bersama istri pemilik perkebunan teh tempatnya bekerja. Berbicara ini-itu. Raut wajah ibu retni sangat bersahabat.
            “Tata, mau ikut dengan ibu? Ibu kesepian di rumah. ” kalimat itu mengalir tanpa hambatan. Lalu ia melanjutkan “Nanti ibu akan sekolahkan tata. Ibu tata dan adik-adik tata nanti ibu kasih uang bulanan.”
            Melayang. Terbang ke angkasa. Mendengar kata sekolah, membayangkan masa depan yang tertutup debu jutaan tahun sekarang masa depan itu mulai menampakkan  sinarnya.
            Matanya terbuka. Menghadapkan wajah ke  arahku. “Coba tata pejamkan mata.”
            Bingung. Tapi, tidak ada salahnya mengikutinya. Dengan ekor mataku, aku melihat dia mulai memejamkan matanya lagi. Aku mencoba.
            “Apa yang tata rasakan?” tanyanya.
            “Tidak ada, gelap” jawabku sekenanya saja. Bingung apa maksud semua ini. Lalu aku membuka mata.
            “Ayo..coba lagi. Berdamailah dengan hatimu sendiri.” Menghiraukan tannggapan orang yang berada di sebelahnya.
            Desiran angin, perpaduan ilalang. Menciptakan paduan yang sangat indah. Nada yang tercipta, tidak bisa di rumuskan dengan not-not balok. Lebih dari itu bahkan ahli-ahli musik tidak mampu menciptakan perpaduan musik seperti ini. Untuk pertama kalinya dalam enam bulan ini aku mendapatkan kedamaian. Bukan dari kemewahan. Bukan dari uang. Tapi itu dari sekumpulan ilalang dan sesuatu yang tidak tampak tapi bisa dirasakan.
            “Sungguh, enak bukan?” Matanya terbuka.
            Bahuku di sambar oleh cewek disampingku. Dalam sekejap aku membuka mataku. Posisi kami makin mendekat.
            “Setiap orang pasti mempunyai masalah, itu tergantung bagaimana kita menyikapinya.” Dia berdiri dan membuka telapak tangannya. Lalu memejamkan matanya lagi.
            Aku mulai menyadari. Seperti inilah dia menikmati kehidupan ini. Bahkan dalam keadaan gelap pun masih bisa merasakannya.
            Aku berdiri. Melihat kesegala arah dan berkata. “Aku sangat kagum tentang dirimu dalam menghadapi masalah terutama terhadap hatimu sendiri. Kau berbeda dengan remaja-remaja yang lain.”
            Dia tertawa renyah.“Aku, sama seperti kau dan remaja lainnya. Hidup dalam masa kelabilan, kegalauan tentang kehidupan. Sibuk mencari jati diri yang entah mendekat atau menjauh.” Langkah kakinya menuju jalan setapak yang basah. Tanpa pikir panjang aku mengikutinya dari belakang. Hanya mengikuti. Tidak tahu tujuan.
            Walaupun entah kemana aku  akan bermuara. Aku berjalan berjingkat-jingkat. Sesekali aku melihat sudut matanya memperhatikanku dan tersenyum. Setelah itu, kami menemukan jalan bersemen. Dan ternyata kami sudah di bawah sebuah menara yang menjulang tinggi. Sejak kapan ada menara ini. Tanyaku dalam hati.
            Diah melepaskan sepatunya dan  satu persatu tubuhnya melewati anak tangga menara itu. Aku seperti ekornya. Setia mengikutinya. Diah sampai pada puncak tertinggi. Menjulurkan tangannya dan tersenyum kepadaku. Dia mulai memejamkan matanya. “Kau tahu, jalan hidup kita kurang lebih seperti perjalanan kita tadi.”
            “Jalan terjal yang sempit becek bukanlah gambaran seutuhnya tentang kondisi jalan itu. Jangan pernah menyangka bahwa kita adalah manusia yang paling menderita yang hidup dengan penuh kegalauan dan lantas merasa tidak ada yang bisa di lakukan.” Sambungnya.
            Malu. Yah, aku malu telah menganggap diriku seperti itu. “Apa yang kamu ketahui tentang kesulitan?” Mataku masih terpana menyaksikan keindahan di atas menara ini. Keindahan yang aku lihat tidak hanya hamparan ilalang. Pohon yang berbaris rapi seolah-olah membuat pagar sendiri dengan sekolahku. Memperhatikan seekor monyet bergelantungan di dahan yang daunnya entah ke mana.
             “Kesulitan sering kali merupakan hadiah dari Tuhan untuk menempa diri kita. Setuju?” jawabnya.
            Aku hanya menggerakkan kepala ke bawah. Diah langsung menoleh ke arahku. Sebagai reaksinya dan bertanya “Mengapa kau mengikutiku tadi?”
            Mengangkat kedua bahu. Giliranku yang menoleh kepadanya. Sekarang kami saling berhadapan. Saling menatap satu sama lain.
            “Karena kamu yakin aku tidak akan membawamu ke sebuah jurang, bukan?” tanyanya kembali.
            Tatapannya begitu dalam. Sangat dalam. Mulutku terkunci dengan tatapan itu.
            “Yakin. Yakin bahwa dibalik kesulitan tersimpan mutiara yang sangat indah pada waktunya. Yakin kau bisa mengusir kegalauanmu. Yakinlah…” Kedua tangannya meraih bahuku. Mencengkram bahuku. Bulir-bulir air itu mulai mengalir lagi.
            Lalu melepaskan . Membiarkan aku menumpahkan segalanya.
            “Berusahalah menata kehidupanmu lagi. Berdoalah kepada Tuhan. Bersabarlah.” Suara yang sangat bersahabat. Aku masih terisak. Lalu menatap ke arahnya. Aku berusaha tersenyum meskipun runyamnya masalahku.
            “Hey, aku dengar tahun lalu kau menjadi duta lingkungan.” Telunjuknya mengarah ke seekor monyet tadi.
            “Kasihan monyet itu, tempatnya bergelantungan sungguh memilukan. Hutan Jambi tidak seperti dulu. Berganti dengan sawit atau karet.” Bola matanya asik tertuju pada monyet.Menunduk dalam. Sadar. Banyak hal telah aku abaikan.      
            “Cepatlah memutuskan. Berdiam diri dengan sejuta rasa galau atau sejuta rasa yakin bahwa itu bisa di atasi. Semakin cepat kau memutuskan. Semakin cepat kau berhasil. Ingatlah masa lalu telah mati. Masa depan masih misteri yang terpenting masa sekarang.” Tegasnya.
            Udara mengantarkan suara nyaring. Diah bergegas menuruni anak tangga yang membentuk sudut 180 derajat dan menggerakkan tangannya kekana-kekiri. Berpisah. Aku melirik jam 10.05. Merebahkan tubuhku, menatap hamparan putih menggantung tinggi. Memejamkan mata.


Biodata
            Saya Juliyanti,  anak kedua dari tiga bersaudara. Di lahirkan 16 tahun lalu di kabupaten tanjung Jabung Timur provinsi Jambi tanggal 5 juli. Entah mulai kapan saya mulai tertarik  dengan membaca dan menulis, tetapi  bisa dibilang saya adalah orang yang mentah dalam hal menulis. Sekarang, saya sedang berusaha untuk membuat karya-karya yang lebih baik lagi. Madrasah Aliah Negeri Insan Cendekia tempat di mana saat ini saya  menimba ilmu dan perjuangan untuk mencapai masa depan yang cerah. Sekolah ini menerapkan sistem boarding school. Sehingga, sekarang saya tinggal di jalan Lintas-Muara Bulian, KM.21 Kelurahan Pijoan, Kabupaten Muaro Jambi. Saya mempunyai jejaring sosial facebook bernama www.facebook.com/juli.yanti.144.



           

Minggu, 18 Januari 2015

1. Tato dalam bahasa arab disebut Al Wasymu ,yaitu :

اغْرَازُ اْلإِبْرَةِ أَوْ نَحْوُهَا فِي مَوْضَعٍ مِنَ اْلبَدَنِ حَتيَّ يَسِيْلُ الدَّمُّ ثُمَّ يُحْشَي ذَلِكَ الْمَوْضَعُ بِاْلكَحْلِ أَوْ نَحْوُهُ فَيَخْضُرُّ

“Proses penusukkan jarum atau yang serupa pada salah satu tempat dari anggota badan sampai darah mengalir dari tempat tersebut kemudian tempat itu dipenuhi dengan al kahl (celak) atau yang sejenis sehingga menjadi berwarna hijau.”

Para ulama mengharamkan tato ini berdasarkan hadits–hadits berikut :

العَيْنُ حَقٌّ وَنَهَي عَنِ اْلوَشْمِ – رواه البخاري –

“(penyakit yang ditimbulkan dari) ‘ain itu hak (benar adanya)dan (perawi berkata) beliau melarang tato.” (HR. Bukhari).

Juga sabdanya shollallahu alaihi wasallam :

لَعَنَ اللهُ الْواَصِلَةَ وَاْلمُسْتــَوْصِلَةِ وَالْوَاشِمَةِ وَاْلمُسْتَوْشِمَةِ – رواه البخاري عن أبي هريرة وابن عمر-

“Allah melaknat perempuan yang menyambung rambut dan yang meminta disambung (rambut), juga melaknat perempuan yang membuat tato dan yang meminta ditato.” (HR. Bukhari)

Juga perkataan Ibnu Mas’ud tentang hal ini :

لَعَنَ اللهُ الْوَاشِمَاتِ وَاْلمُسْتَوْشِمَاتِ وَالْمُتــَّخِصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحَسَنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللهِ, مَالِي لاَ أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ وَهُوَ فِي كِتــَابِ اللهِ – أخرجه البخاري ومسلم –

“Allah melaknat para perempuan pembuat tato dan yang meminta ditato, para wanita yang mengerok alisnya dan perempuan yang meratakan gigi untuk mempercantik diri, yang merubah ciptaan Allah. Buat apa aku tidak melaknat orang yang Rasulullah laknat, padahal dia (hokum melaknat para pelaku) terdapat dalam kitabullah.” (HR . Bukhari dan Muslim).

Juga hadits berikut :

أُتِيَ عُمَرُ بِامْرَأَةٍ تَشِمُ فَقَامَ فَقاَلَ : أُنْشِدُكُمْ بِاللهِ مَنْ سَمِعَ مِنَ النَّبِيِّ فِي الْوَشْمِ ؟ فَقَاَل أَبُوْ هُرَيْرَةَ : فَقُمْتُ فَقُلْتُ : يَاأَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ أَنَا سَمِعْتُ قَالَ : مَا سَمِعْتَ ؟ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص.م يَقُوْلُ : لاَ تَشِمْنَ وَلاَتَسْتــَوْشِمْنَ – رواه البخاري والنسائ –

Didatangkan seorang perempuan kepada Umar bin Khathab yang ingin ditato, maka ia berdiri dan berkata, “Aku meminta kepada kalian untuk bersumpah kepada Allah, siapa yang telah mendengar (hokum) tato dari nabi ?” Maka Abu Hurairah berkata, “Kemudian aku berdiri dan berkata, “Wahai amirul mu’minin aku telah mendengarnya .” Dia (Umar) berkata, “Apa yang kamu dengar ?” Aku telah mendengar Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda, ”Janganlah kalian (perempuan) mentato dan janganlah meminta ditato !” (HR.Bukhari dan An Nasai).

Hadits -hadits diatas jelas menunjukan larangan membuat tato dan minta ditato. Qaidah ushul fiqih mengatakan :

الأَصْلُ فِي النَّهْيِ لِلتَّحْرِيْمِ

“Asalnya suatu larangan adalah untuk pengharaman.”

Meskipun hadits–hadits di atas menunjukkan larangan terhadap kaum perempuan, tapi para lelakipun termasuk dalam larangan ini berdasarkan keumuman hadits “Dan beliau melarang tato” (HR. Bukhari ).

Al Khitabi berkata, “Hanyasanya ancaman yang keras itu ada pada perkara–perkara ini (menyambung rambut dan tato) karena apa yang terdapat di dalamnya berupa penipuan dan tipu daya, kalaulah beliau memberi keringanan pada suatu hal dari perkara–perkara tersebut, niscaya hal itu pasti akan menjadi wasilah (perantara/jalan) untuk membolehkan perkara yang lainnya dari macam-macam penipuan, dan karena apa yang terdapat di dalamnya dari pengubahan bentuk makhluk dan kepada hal inilah isyarat (penunjukan) pada hadits Ibnu Mas’ud dengan ucapannya, “Para perempuan yang mengubah ciptaan Allah”. Wallahu a’lam”

Imam Nawawi berkata, “Tempat yang ditato ini menjadi najis, apabila memungkinkan menghilangkannya dengan berobat maka wajib menghilangkan-nya, meski hal tersebut tidak akan terlaksana kecuali dengan adanya luka. Jika takut akan muncul darinya kerusakan atau hilangnya anggota badan atau fungsi anggota badan atau munculnya sesuatu yang jelek lagi keji pada anggota tubuhnya yang nampak maka tidak wajib menghilangkannya. Apabila jelas (hal tersebut diatas) maka tidak ada dosa atasnya. Namun jika tidak takut terhadap sesuatu yang akan muncul dari tato tersebut dan yang semisalnya, maka wajib baginya untuk menghilangkannya dan ia bermaksiat jika mengakhirkannya. Dalam hal ini sama saja baik laki–laki maupun perempuan.Wallahu a’lam.”

Imam Muhammad ‘Abdurrahman al Mubarakfuri juga berkata :

وَيسْتــَوِي فِي ذلَِكَ الرَّجُلُ وَاْلمَرْأَةُ .

“Dan sama saja dalam hal itu baik laki – laki maupun perempuan .”

Adapun mengenai hukum tindik di tubuh, hal ini juga tidak boleh karena beberapa alasan berikut:

Terdapat unsur penyerupaan dengan kaum perempuan, padahal Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melarang hal ini :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ص.م المُخَنِّثِيـْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالْمُتــَرَجُّلاَتِ مِنَ النِّسَآءِ وَفِي رِوَايَةٍ : لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ص.م المُتــَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَآءِوَالْمُتــَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَآءِ بِالرِّجَالِ – رواه البخاري -

Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata, “Rasulullah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melaknat para lelaki yang bertingkah laku seperti perempuan dan para perempuan yang bertingkah laku seperti laki-laki.” Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Rasulullah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melaknat para lelaki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai lelaki.” (HR. Al Bukhari).

Terdapat unsur tasyabuh dengan orang–orang kafir, karena mereka biasa menindik anggota tubuh mereka, baik itu di bibir, hidung , lidah, pusar, dll. Allah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam berfirman :

يآ أَيـُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا لاَتــَتــَّخِذُوْا اْليَهُوْدَ وَالنَّصَارَي أَوْلِيَاءً بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتــَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ( المائدة : 51 )

“Wahai orang–orang yang beriman janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nashrani sebagai wali–wali kamu, sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain, dan barang siapa yang memberikan wala’ kepada mereka di antara kalian maka ia termasuk golongan mereka.” ( QS . Al Maidah : 51).

Rasulullah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ – رواه أحمد-

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari bagian kaum tersebut.” (HR. Ahmad)

Kita diperintahan untuk menyelisihi mereka (orang kafir) bukannya mengikuti kebiasaan mereka. (HR. Bukhari Muslim)

Telah menyelisihi jalan Rasulullah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan para salafus shaleh, padahal kita diperintahan untuk mengikuti beliau. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتــُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فاَتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ ( أل عمران : 31)

“Katakanlah ( Muhammad ), “Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosamu. Dan Allah Maha pengampun lagi Maha pengasih.” (QS. Ali Imran : 31).

Dia subhanahu wa’tala juga berfirman :

لَقَدْكَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَاْليَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu ( yaitu ) bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) hari akhir dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab : 21).

Dengan dalil-dalil di atas maka tato dan tindik di tubuh tidak boleh, bahkan tempat yang ditato menjadi najis karena darah yang menggumpal di dalamnya dan wajib menghilangkannya meskipun harus melukai atau timbulnya luka pada tempat tato tersebut kecuali jika nampak adanya bahaya dari penghilangan tato tersebut, semisal lumpuhnya salah satu anggota badan atau hilangnya anggota badan tersebut atau yang semisal maka tidaklah mengapa dan tidak berdosa tapi tetap wajib bertobat atas kesalahannya.
http://almuttaqinjepara.com/fiqhiyah...ndik-di-tubuh/  (sumber)


Firman Allah SWT

Quote:Allah SWT berfirman: “Dan aku (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku (setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (An-Nisa`: 119)

Dalam ayat ini, tato dilarang karena merubah bentuk ciptaan Allah SWT. Dia Sang Maha Pencipta telah menciptakan makhluk-makhlukNya dalam kondisi dan bentuk yang paling sempurna. Susunan dan keteraturan yang telah diatur olehNya sangat indah. Kita diberikan dua mata, dua telinga, 1 hidung, 1 mulut, serta diberikan kulit yang bersih saat dilahirkan ke dalam dunia ini. Itulah bentuk ciptaan-Nya yang asli.

Lalu saat kita mentato, berarti ada suatu bagian tubuh kita yang berubah, dalam artian kulit yang tadinya bersih tapi sekarang ada gambar ular naga raksasa atau kulit yang tadinya mulus tiba-tiba muncul gambar tato hello kitty, dan seterusnya. Dan ini harus kita pertanggung jawabkan semuanya di alam kubur dan akhirat nanti saat kembali kepada-Nya. Karena kita bukanlah Al-Khaliq (Maha Pencipta), maka kita tidak berhak untuk merubah bentuk ciptaan-Nya yang sudah sempurna. Jadi, ini adalah alasan yang pertama mengapa tato diharamkan.


Hikmah Dilarang Bertato dari segi medis

Apa yang saya temui dalam setiap perintah atau larangan dalam Islam, pastilah terdapat suatu hikmah yang besar, termasuk di dalam dunia pertatoan ini. Berbicara dari segi medis, fakta menunjukkan bahwa orang yang bertato memiliki kesempatan besar untuk mendapatkan berbagai jenis penyakit di bawah ini secara gratis:

- HIV / AIDS

- Hepatitis B dan C

- Tetanus

- Abses atau bisul bernanah

- Infeksi kronis

- Migrain

- Gangguan syaraf

- Systemic lupus erythematosus atau penyakit Lupus

- Dan berbagai macam jenis penyakit lainnya

Dr. Irma Bernadette Simbolon, dermatovenereulogist (dokter ahli kulit) dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyatakan bahwa orang yang gemar merajah tubuh (bertato) sangat beresiko tinggi terserang berbagai penyakit. Arti merajah yaitu melukai badan dengan cara bertato atau tindik (body piercing). Ketika jarum tato mulai menusuk anggota tubuh, peluang untuk terluka sangat besar. Di luka itulah bermacam bibit penyakit mengintai untuk masuk ke dalam tubuh. Selain itu, luka yang ditimbulkan bisa menyebabkan iritasi yang berujung kepada infeksi dan berbagai jenis macam penyakit yang saya sebutkan di atas seperti hepatitis B dan C, Tetanus, Lupus, sampai HIV AIDS!

Risiko lain yang harus dihadapi adalah penggunaan jarum tato yang tidak steril. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa para pentato menggunakan jarum yang steril dan baru, dan bukan jarum bekas pakai yang sudah dipakai berulang-ulang kali. Ya logisnya seperti ini saja, para pentato itu kan juga pebisnis yang mau cari untung dari kegiatan mentatonya. Jadi kalau dia bisa menghemat cost dengan cara penghematan jarum tato, kenapa tidak? Kalaupun dia tetap menggunakan jarum yang baru, tapi tetap saja ada kemungkinan dia lupa atau tidak bisa membedakan mana yang baru dan mana yang lama.

Tidak percaya? Ingin kisah nyata? Alright, check this out! Bagi para penggila sepakbola, terutama liga Inggris, pastinya tau dong dengan pemain Club Arsenal yang bernama Karl Fredrik Ljungberg? Pemain berkebangsaan Swedia ini selalu menjadi andalan Arsene Wenger (pelatih Arsenal) di skuad berjuluk The Gunners tersebut. Namun sejak beberapa tahun belakangan ini nama Ljungberg sudah tidak pernah terdengar di jagat persepakbolaan karena sang pelatih sudah jarang memainkannya dan praktis Ljungberg hampir selalu duduk di bangku cadangan.

Alasan Arsene Wenger tidak mau memainkan Ljungberg sederhana saja: karena sang pemain kerap terserang sakit kepala (migrain) secara tiba-tiba, dan hebatnya, penyakit itu datang tanpa sebab. Terkadang datang saat latihan dan terkadang datang di saat sedang dalam pertandingan. Tim dokter Arsenal juga tidak dapat mendeteksi asal muasal penyakit migrain yang sering datang kepada Ljungberg. Setelah kurang lebih dua tahun melakukan riset mendalam, akhirnya tim dokter menemukan sebabnya, yaitu berasal dari tinta tato yang ada di tubuhnya!

Ljungberg yang juga model Calvin Klein dan memang terlihat macho itu menambah kemachoannya dengan mentato dua macan kumbang di tubuhnya, yang masing-masing berada di punggung serta perutnya. Awalnya memang terlihat macho, tapi ternyata, resiko yang ditimbulkan sangat besar. Menurut tim dokter, tinta tato yang berada di dalam tubuh bereaksi terhadap jaringan getah bening yang ada di pinggang sehingga menyebabkan peradangan pada jaringan syaraf, yang berakibat pada migrain yang dideritanya dan bahkan beresiko kanker. Jadi, boro-boro terlihat macho, yang ada karir sepakbolanya tamat hanya karena tato “duo macan” itu. Bahasa arabnya, “khalas!” alias tamat / selesai.

sumber : www.kaskus.co.id